Akibat tidak Menggunakan Penangkal Petir

Bangunan yang tidak dilengkapi dengan sistem penangkal petir dapat mengalami beberapa konsekuensi serius jika terkena petir, terutama jika bangunan tersebut tinggi atau terletak di area yang sering terjadi petir.

Beberapa akibat yang mungkin terjadi jika bangunan tidak memiliki penangkal petir adalah:

  1. Kebakaran: Petir dapat menyebabkan kebakaran jika menyambar bangunan yang tidak dilengkapi dengan penangkal petir. Ketika petir menyambar suatu objek, terjadi lonjakan listrik yang dapat menyebabkan percikan api. Jika bangunan terbuat dari material yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, atau plastik, kebakaran dapat terjadi dengan sangat cepat.
  2. Kerusakan struktural: Petir juga dapat menyebabkan kerusakan pada struktur bangunan jika tidak dilindungi oleh penangkal petir. Ketika petir menyambar bangunan, terjadi arus listrik yang besar yang dapat merusak material bangunan dan menghancurkan strukturnya. Kerusakan struktural seperti retak atau robohnya dinding atau atap dapat mengancam keselamatan penghuni bangunan.
  3. Gangguan elektronik: Petir dapat merusak peralatan elektronik dalam bangunan seperti komputer, televisi, atau perangkat elektronik lainnya. Saat terjadi petir, terjadi lonjakan listrik yang dapat merusak perangkat elektronik dan menyebabkan kerusakan permanen.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memasang sistem penangkal petir yang memadai pada bangunan yang tinggi atau terletak di area yang sering terjadi petir. Penangkal petir bertujuan untuk mengalihkan arus listrik yang dihasilkan oleh petir ke tanah, sehingga melindungi bangunan dan penghuninya dari bahaya petir.

Penemu Penangkal Petir : Benjamin Franklin

Penemu penangkal petir adalah Benjamin Franklin, seorang ilmuwan dan politisi Amerika Serikat pada abad ke-18. Pada tahun 1752, ia melakukan sebuah eksperimen yang terkenal dengan mengibarkan layang-layang yang terbuat dari kain di atas Menara Independensi di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat selama badai petir. Ia mengikatkan kawat tembaga pada layang-layang dan menghubungkannya ke tanah, sehingga arus listrik yang dihasilkan oleh petir akan mengalir melalui kawat tersebut ke tanah.

Eksperimen ini membuktikan teori Franklin bahwa petir adalah arus listrik dan memberikan inspirasi bagi pengembangan penangkal petir. Franklin mengajukan ide untuk memasang penangkal petir pada bangunan untuk melindunginya dari kerusakan akibat petir. Ide ini kemudian dikembangkan dan diperbaiki oleh beberapa ilmuwan dan insinyur, termasuk Michael Faraday, Nikola Tesla, dan Thomas Edison.

Penangkal petir modern terdiri dari sistem kawat tembaga yang dipasang di atap bangunan dan dihubungkan ke tanah melalui konduktor listrik. Ketika petir menyambar bangunan, arus listrik akan mengalir melalui kawat tembaga menuju ke tanah, sehingga mencegah kerusakan pada bangunan.

Penemuan penangkal petir merupakan langkah penting dalam pengembangan teknologi keamanan listrik. Tanpa penangkal petir, bangunan dan peralatan elektronik dapat rusak atau bahkan terbakar akibat petir. Penemuannya telah membantu melindungi kehidupan dan properti manusia dari bahaya petir

Kenapa harus Menggunakan Tembaga pada Grounding System’?

Tembaga sering digunakan untuk grounding karena memiliki beberapa sifat yang membuatnya efektif dalam menyalurkan arus listrik yang berlebih ke tanah. Beberapa alasan mengapa tembaga digunakan untuk grounding antara lain:

  1. Konduktivitas yang baik: Tembaga memiliki konduktivitas yang sangat baik, yang berarti ia dapat menyalurkan arus listrik dengan sangat efisien. Hal ini penting karena grounding harus mampu menyalurkan arus berlebih ke tanah dengan cepat dan efektif untuk mencegah kerusakan peralatan atau bahkan kebakaran.
  2. Tahan korosi: Tembaga sangat tahan terhadap korosi dan oksidasi, yang berarti ia dapat bertahan dalam kondisi yang lembab atau basah tanpa mengalami kerusakan atau penurunan kinerja. Hal ini penting karena grounding sering terjadi di luar ruangan atau di daerah dengan kelembaban tinggi.
  3. Ketersediaan yang baik: Tembaga relatif mudah didapatkan dan lebih murah daripada beberapa alternatif grounding yang lain. Ini berarti bahwa tembaga mudah diakses dan dapat digunakan di banyak aplikasi grounding.
  4. Daya tahan yang baik: Tembaga relatif kuat dan tahan terhadap tekanan fisik dan termal. Hal ini penting karena grounding harus dapat bertahan dalam kondisi yang keras dan mungkin terkena tekanan atau gesekan.

Oleh karena itu, tembaga sering menjadi pilihan utama untuk grounding karena sifat-sifat yang efektif dan efisien dalam menyalurkan arus listrik berlebih ke tanah. Namun, penting untuk memperhatikan desain dan pemasangan grounding yang benar untuk memastikan keamanan dan kinerja yang optimal.

Demikianlah tentang tembaga yang bisa kamu dapatkan di grounding.id